Blog ini berisi sirah atau sejarah atau kisah-kisah islam yang mengispirasi, renungang, amalan, serta kesehatan

Sunday 31 December 2017

Khalifah Umar Bin Abdul Aziz Wafat dan Pesan Terakhirnya Untuk Umat Muslim

Selamat Jalan, Amirul Mukminin...

Jum'at, 20 Rajab, tahun 101 H. Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz pergi menghadap Sang Maha Pencipta. Setelah terbaring dalam sakit selama dua puluh hari. Saat itu usianya baru genap empat puluh tahun. Masih sangat muda. Namun jasa-jasanya untuk ummat Islam sudah sangat banyak.

Air mata ummat tertumpah dalam larutan kesedihan yang mendalam. Merindukannya bisa kembali hadir di tengah-tengah jaman. Bisa kembali memimpin. Bisa kembali memenuhi dunia dengan keadilan. Bisa selamanya mendampingi perjalanan ummat.

Dua puluh sembilan bulan lebih empat hari berlalu. Terasa begitu singkat, namun dalam waktu yang sesaat itu, Khalifah Umar bin Abdul Aziz telah mengabdikan dirinya untuk ummat. Melayani masyarakat. Memprioritaskan rakyat. Dengan segenap keteguhan hati dan ketulusan niat.

Dua puluh sembilan bulan lebih empat hari berlalu. Menyisakan kenangan manis di hati ummat manusia, kawan maupun lawan. Sudah terlalu mendalam nama Umar bin Abdul Aziz terpatri di sanubari rakyat. Terlalu indah pula untuk sekedar dilupa dari ingatan.

Dalam dua puluh sembilan bulan lebih empat hari, wajah dunia Islam kembali berseri, setelah sekian lama menantikan percikan embun suci dari tangan pemimpin surgawi. Setiap desah nafasnya adalah ibadahnya. Setiap tetesan peluhnya adalah jihadnya. Sehingga rakyat merasakan keberkahan kepemimpinannya.

Selamat jalan Amirul Mukminin. Selamat jalan sang guru pembaharuan. Semoga Allah merahmatimu di alam sana.

Pesan Terakhir Umar untuk Ummat Islam

Di Kota Khanashiroh, Khalifah Umar bin Abdul Aziz menyampaikan khutbahnya. Dan ternyata khutbah itu adalah pesan terakhirnya untuk ummat Islam.

"Wahai sekalian manusia, sungguh kalian tidak diciptakan dengan sia-sia. Dan kalian tidak di-biarkan begitu saja. Kalian memiliki tempat kembali, dimana Allah akan turun kesana untuk mengadili dan membuat perhitungan dengan kalian. Sungguh benar-benar gagal dan merugi bagi orang yang keluar dari rahmat Allah, padahal rahmat-Nya meliputi segala sesuatu. Dan juga bagi orang yang diharamkan surga atasnya, padahal luasnya surga seluas langit dan bumi.

Ketahuilah, bahwa jaminan keamanan esok hanyalah bagi orang takut pada Allah, yang men-jual sesuatu yang sesaat untuk kehidupan abadi, dan yang menjual sesuatu yang sedikit untuk men-dapatkan yang lebih banyak kelak, serta orang yang menjual rasa takutnya dengan keamanan yang dijanjikan padanya.

Tidakkah kalian melihat bahwa diri kalian tengah berada di tengah-tengah orang mati? Setiap hari kalian berta'ziah mengunjungi orang yang telah menghadap Allah. Ia telah habis ajal hidupnya. Kemudian kalian menanamnya ke dalam tanah dan meninggalkannya tanpa bantal dan tikar. Ia telah berpisah dengan orang-orang yang dicintainya, melepas semua urusan, diam dalam timbunan tanah, untuk mengahadapi perhitungan. Ia harus mempertanggungjawabkan semua amalannya, miskin amal dan kaya maksiat.

Maka takutlah kalian pada Allah sebelum datangnya kematian. Demi Allah, aku tidak menga-takan ini melainkan aku merasa tidak ada orang yang dosanya lebih banyak dari dosaku. Maka aku memohon ampunan kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya.

Tidaklah salah seorang diantara kalian yang keperluannya sampai kepadaku melainkan aku berharap sekali bisa membantunya semampuku. Dan tidak pula seseorang diantara kalian yang akan merasa lapang dengan apa yang kami miliki melainkan akan kuberikan padanya sekalipun dagingku ini. Dengan begitu, aku berharap hidupku dengannya sama.

Demi Allah, seandainya aku menghendaki kemewahan hidup, maka sungguh lisanku akan tunduk karena mengetahui sebab-sebabnya. Namun Allah telah memberikan kitab yang bicara dan sun-nah yang adil, menunjukkan kepada kita untuk menta'ati-Nya, dan melarang kita dari bermaksiat pada-Nya."

Kemudian Umar bin Abdul Aziz mengangkat ujung selendangnya, menangis sesenggukkan. Orang-orang yang hadir di sekitarnya pun ikut menangis. Sungguh, kalimat-kalimat jujur yang keluar dari lubuk hati tentu akan sampai ke hati orang yang mendengarnya pula. Dan setelah ini, Umar ti-dak lagi berkhutbah di hadapan masyarakat.

Detik-detik Menjemput Ajal

Ketika Umar bin Abdul Aziz merasa ajal akan segera tiba, ia berkata kepada orang-orang yang menunggunya, "Keluarlah kalian semua, jangan ada yang berada disini."

Orang-orang pun pada keluar. Sedang Maslamah bin Abdul Malik dan istri Umar, Fathimah binti Abdul Malik, yang juga saudara Maslamah, berdiri menunggu di depan pintu. Ketika saat-saat menegangkan itu tiba, mereka mendengar Umar bin Abdul Aziz berkata, "Selamat dating wahai wa-jah-wajah yang bukan tampang manusia maupun jin."

Dalam riwayat yang lain, Fathimah berkata, "Aku mendengar Umar berkata pada saat terbar-ing sakit, "Ya Allah, ringankanlah beban mereka melepas kepergianku, walau hanya sesaat." Ke-mudian ketika ajal hendak menjemputnya, aku keluar meninggalkannya dan duduk di tempat yang hanya dibatasi oleh pintu. Kemudian aku mendengarnya berkata, "Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. al-Qashash: 83). Sete-lah itu suasana tenang. Aku tak mendengar suara apapun dari dalam kamar. Lalu aku menyuruh Washif, salah seorang pembantu untuk melihatnya di dalam. Sesaat setelah masuk ia berteriak. Ak-upun segera menyusul masuk. Ternyata ia telah meninggal dengan keadaan wajahnya menghadap kiblat dengan menutup kedua matanya dengan salah satu tangannya dan menutup mulutnya den-gan tangan yang satunya."

Sumber : Herfi Ghulam Faizi, Lc

No comments:

Post a Comment