Blog ini berisi sirah atau sejarah atau kisah-kisah islam yang mengispirasi, renungang, amalan, serta kesehatan

Friday 29 December 2017

Sejarah Singkat Berdirinya Daulah Bani Umayyah

Terbentuknya sebuah kekhilafahan baru, daulah Bani Umayyah, pasca berakhirnya periode Khulafaur Rasyidin adalah sebuah perjalanan sejarah yang panjang. Berawal dari fitnah terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan dalam sebuah pemberontakan besar-besaran di Madinah pada tahun 35 Hijriyah.

Pemberontakan itu dimotori oleh Abdullah bin Saba', seorang Yahudi yang menampakkan dirinya sebagai seorang muslim. Abdullah bin Saba' berhasil menebar propaganda tentang sikap ketidakadilan para pemimpin daerah (Gubernur) yang ditunjuk oleh Khalifah Utsman bin Affan. Mereka menuntut Khalifah untuk mencopot para gubernur itu. Propaganda itu berhasil ditebar di Mesir, Kufah dan Bashrah, tapi gagal di Syam lantaran kuatnya pengaruh Muawiyah bin Abi Sufyan yang ketika itu menjabat sebagai gubernur di sana.
Great Mosque Damascus/ source : https://en.wikipedia.org/wiki/File:Great_Mosque_Damascus,_north_side,_Francis_Bedford_1862.jpg#filehistory

Lalu tampillah Muawiyah bin Abi Sufyan menuntut keadilan atas kematian Utsman bin Affan, yang merupakan salah satu dari anggota kerabatnya, kepada khalifah setelahnya, yaitu Ali bin Abi Thalib. Dari situlah sumber petaka besar yang merupakan awal perpecahan ummat Islam pasca meninggalnya Rasulullah Saw terjadi. Pertumpahan darah sesama muslim dimulai. Perang Jamal yang melibatkan antara kubu Ummul Mukminin Aisyah yang didampingi oleh Zubair bin 'Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah dengan kubu Ali bin Abi Thalib pun meletus pada tahun 36 Hijriyah. Perang itu berakhir pada terbunuhnya Zubair dan Thalhah serta dipulangkannya Ummul Mukminin ke Madinah.

Setahun kemudian, tepatnya pada bulan Shafar tahun 37 Hijriyah meletus pertumpahan darah sesama muslim babak kedua. Kali ini antara pasukan Muawiyah dari Syam dengan pasukan Ali bin Abi Thalib. Perang ini dalam sejarah dikenal dengan sebutan perang Shiffin. Dalam perang yang terjadi selama kurang lebih tiga hari ini pasukan Muawiyah mengalami kekalahan. Hingga akhirnya Amr bin Ash mengangkat mushaf di atas tombak sebagai pertanda bahwa mereka ingin berunding mengambil keputusan sesuai dengan hukum Allah dalam al-Qur'an. Peristiwa ini dikenal dengan istilah "tahkim".
Menanggapi masalah tahkim ini, pasukan Ali bin Abi Thalib terpecah menjadi dua kelompok :
Pertama adalah kelompok yang tidak menyetujui proses tahkim tersebut. Mereka mendapat sebutan kelompok Khawarij. Khawarij terbentuk dari kata "khoroja" yang artinya keluar. Maksudnya adalah kelompok pasukan yang keluar dari barisan Ali bin Abi Thalib karena menolak keputusan Ali yang menyetujui tahkim. 

Kedua adalah kelompok yang masih setia ikut berjuang bersama Ali bin Abi Thalib. Sebagian buku sejarah menyebut mereka dengan istilah kelompok Syi'ah. Tapi sebenarnya itu tidak benar. Syi'ah memang lahir dari sengketa itu, tapi tidak semua orang yang saat itu berjuang dalam pasukan Ali bin Abi Thalib disebut kelompok Syi'ah.

Pulang dari proses tahkim, penduduk Syam segera membai'at Muawiyah sebagai khalifah. Konflik inilah yang kemudian berujung pada terbunuhnya Khalifah Ali bin Abi Thalib pada tahun 40 Hijriyah di usianya yang ke 63 tahun setelah menjadi khalifah kurang lebih empat tahun sembilan bulan. Sebuah kudeta yang dilancarkan oleh orang Khawarij itu sebenarnya bertujuan membunuh tiga orang yang mereka anggap sebagai sumber fitnah. Pertama adalah Ali bin Abi Thalib yang pembunuhannya diserahkan kepada Abdurrahman bin Muljam, kedua Muawiyah bin Abi Sufyan di Syam yang pembunuhannya diserahkan kepada Birku bin Abdillah at-Tamimi, dan terakhir adalah Amr bin Ash di Mesir yang pembunuhannya diserahkan kepada Amr bin Bakar. Dari ketiga target itu hanya Ali bin Abi Thalib yang berhasil dibunuh. Dengan terbunuhnya Ali bin Abi Thalib berarti telah berakhirlah kekhilafahan Islam periode Khulafaur Rasyidin.

Pasca meninggalnya Ali bin Abi Thalib, maka sebagian ummat Islam membaiat puteranya, Hasan bin Ali sebagai khalifah. Setelah menjadi khalifah selama enam bulan, tepatnya pada bulan Rabiul Awal tahun 41 Hijriyah Hasan bin Ali bin Abi Thalib menyatakan perdamaian dengan Muawiyah dengan beberapa persyaratan yang disetujui oleh keduanya. Perdamaian itu ditandai dengan kesediaan Hasan untuk membaiat Muawiyah sebagai khalifah. Sehingga tahun itu dikenal dengan sebutan tahun jama'ah, karena ummat Islam bersatu untuk membaiat satu orang khalifah, yaitu Muawiyah bin Abi Sufyan.

Dengan begitu, maka dimulailah babak pemerintahan baru dalam sejarah Islam, yaitu masa Daulah Umawiyah Pertama yang menjadikan Damaskus di Syam sebagai ibu kotanya. Penamaan Umawiyah itu dinisbahkan kepada Umayyah bin Abdi Syams, yang merupakan kakek kedua Muawiyah bin Abi Sufyan.

Daulah Bani Umayyah pertama di Damaskus diperintah oleh 14 khalifah dengan karakter kepemimpinan yang berbeda-beda. Adapun nama-nama khalifah yang pernah memimpin Daulah Bani Umayyah di Damaskus adalah sebagai berikut :

  1. Muawiyah bin Abi Sufyan ( 41 – 60 H )
  2. Yazid bin Muawiyah ( 60 – 64 H )
  3. Muawiyah bin Yazid ( 64 – 64 H ) 
  4. Marwan bin Hakam ( 64 - 65 H ) 
  5. Abdul Malik bin Marwan ( 65 – 87 ) 
  6. Walid bin Abdul Malik ( 86 – 9 6 H ) 
  7. Sulaiman bin Abdul Malik ( 96 – 99 H ) 
  8. Umar bin Abdul Aziz ( 99 – 101 H ) 
  9. Yazid bin Abdul Malik ( 101 – 105 H ) 
  10. Hisyam bin Abdul Malik ( 105 – 125 H ) 
  11. Walid bin Yazid bin Abdul Malik (125 – 126 H ) 
  12. Yazid bin Walid bin Abdul Malik ( 136 – 126 H ) 
  13. Ibrahim bin Yazid ( 126 – 127 H ) 
  14. Marwan bin Muhammad al-Himar ( 127 – 132 H )
Source : Herfi Ghulam Faizi, Lc

No comments:

Post a Comment